Bunga memang identik dengan perempuan, tapi emansipasi membawaku menyukainya juga. Sejak pertengahan kuliyah saya sangat suka bunga, hampir semua bunga saya suka, dari bunga mawar, bunga melati, bunga kenanga, bunga bougenfil, bunga kamboja, bunga angrek dan bunga desa. Apalagi Bunga Citra Lestari kalau lagi pakai bikini motif bunga-bunga...hehehe
Hampir semua yang berhubungan denga bunga saya suka, apalagi moment berkalung bunga. Ada juga sih yang saya ngeri: saat dulu melihat Suzanna makan bunga dan saat dimana makamku ditaburi bunga dengan doa semoga kau tenang di alam sana. Beergidik gini jasinya.
Tapi dari semua bunga yang sempat saya tanam di pekarangan rumah, bunga Angrek memiliki daya tarik tersendiri, bukan karena warnanya yang indah tapi karena pesan Tuhan lewat bunga ini lebih banyak saya tangkap dibandingkan bunga lainnya
Bunga ini tidak butuh banya air, dan tidak harus tanah sebagai media tanam, serabut kelapa dan arang justru media terbaiknya. Bunga ini tak harus dalam pot, di batang pohon juga hidup. Bunga ini menjadi representasi dari kata bijak Kurt Cobain "kalian menertawakanku karena aku berbeda, sementara aku menertawakanmu karena kalian semua sama"
Pesan Tuhan terbesar yang terletak pada bunga ini, bukan sekedar embun pagi yang menetes di kelopak bunganya. Tapi pesan kesabaran yang tertinggi. Bunga ini berbunga setiap setahun sekali, tapi dari kuncup hingga mekar sempurna butuh waktu hingga sebulan penuh atau mungkin lebih, benar-benar butuh kesabaran ekstra, apalagi saya termasuk orang yang suka terburu-buru.
Seolah Allah berpesan lewat bunga ini "Wie, bersabarlah karena puncak perjuanganmu telah Aku sediakan yang indah. Jika kau bersabar dengan bunga yang tak kunjung mekar, kelak kau akan berayukur karena indahnya yang memukau"
Sudah tau kan alasannya kenapa saya sabar dengan kesendirian?
Tapi rupanya, seminggu lalu pas ada ponakan main kerumah neneknya yang kebetulan rumahku juga, dia malah merengek-rengek minta dipetikkan setangkai, saya larang tapi dia nangis dan lapor sama neneknya yang tenyata emakku juga....
Benar kata pepatah. "Cewek tak pernah salah, dan kalau salah harus cowok yang mengalah" ini, ponakanku contohnya..... walhasil emak minta agar setangkai yang indah itu dipetik, dari pada cari perkara ya sudahlah, dengan berat hati setangkai harus mati lebih awal....(tisu, mana tisu? Kalau tidak ada kanibo gak apa-apa)
Untuk kesekian kalinya saya menangkap pesan kauniyah Tuhan yang begitu dalam bahwa tak setiap cinta harus terwujud pada pernikahan, (tapi jika tak mau diwujudkan pada pernikahan sebaiknya jangan pacaran.... Hehehhe ) alhamdulillah, sih. Lewat tragedi ini juga saya betul-betul move on dari mantan. Sebelum dipetik batinku mendengar dia bergumam "tuan, sabar, inilah alasan, mengapa aku ditanam"
Jengkelnya lagi.... pas di petik, ternyata keponakanku sudah enggan main bunga, dia ngambek, bunganya di lempar sebelum dilepas beberapa lembar... Ya Allah,,,,, ini bocah mewarisi karakter siapa sih, masak karakter Om-nya? Disodorkan sudah geleng-geleng sambil manyun gitu....
Ya sudahlah, saya coba selamatkan setangkai bunga ini... Saya ambil botol lalu di isi air, daya masukkan tangkainya Alahamdulilla,,,,, seminggu ini masih segar tidak layu sedikitpun, bahkan kuncupnya masih mencoba mekar, walau agak lambat tak seperti bisanya. Disinilah kembali Pesan Tuhan menyentuh batin saya tentang sebuah perjuangan maksimal dengan energi yang seadanya.
mungkin besok, bunga ini sudah mati. Tapi pesan cinta didalamya tetap abadi. Tinggal yang punya, semoga segera bertemu dengan "bunga" yang membuatnya bermakna dalam hidup ini.... Amiin...
Ditulis oleh Saudara Asmawi yang telah di publikasikan di FB Silahkan langsung Ke Sumber ya Facebook #awie
Hampir semua yang berhubungan denga bunga saya suka, apalagi moment berkalung bunga. Ada juga sih yang saya ngeri: saat dulu melihat Suzanna makan bunga dan saat dimana makamku ditaburi bunga dengan doa semoga kau tenang di alam sana. Beergidik gini jasinya.
Tapi dari semua bunga yang sempat saya tanam di pekarangan rumah, bunga Angrek memiliki daya tarik tersendiri, bukan karena warnanya yang indah tapi karena pesan Tuhan lewat bunga ini lebih banyak saya tangkap dibandingkan bunga lainnya
Bunga ini tidak butuh banya air, dan tidak harus tanah sebagai media tanam, serabut kelapa dan arang justru media terbaiknya. Bunga ini tak harus dalam pot, di batang pohon juga hidup. Bunga ini menjadi representasi dari kata bijak Kurt Cobain "kalian menertawakanku karena aku berbeda, sementara aku menertawakanmu karena kalian semua sama"
Pesan Tuhan terbesar yang terletak pada bunga ini, bukan sekedar embun pagi yang menetes di kelopak bunganya. Tapi pesan kesabaran yang tertinggi. Bunga ini berbunga setiap setahun sekali, tapi dari kuncup hingga mekar sempurna butuh waktu hingga sebulan penuh atau mungkin lebih, benar-benar butuh kesabaran ekstra, apalagi saya termasuk orang yang suka terburu-buru.
Seolah Allah berpesan lewat bunga ini "Wie, bersabarlah karena puncak perjuanganmu telah Aku sediakan yang indah. Jika kau bersabar dengan bunga yang tak kunjung mekar, kelak kau akan berayukur karena indahnya yang memukau"
Sudah tau kan alasannya kenapa saya sabar dengan kesendirian?
Tapi rupanya, seminggu lalu pas ada ponakan main kerumah neneknya yang kebetulan rumahku juga, dia malah merengek-rengek minta dipetikkan setangkai, saya larang tapi dia nangis dan lapor sama neneknya yang tenyata emakku juga....
Benar kata pepatah. "Cewek tak pernah salah, dan kalau salah harus cowok yang mengalah" ini, ponakanku contohnya..... walhasil emak minta agar setangkai yang indah itu dipetik, dari pada cari perkara ya sudahlah, dengan berat hati setangkai harus mati lebih awal....(tisu, mana tisu? Kalau tidak ada kanibo gak apa-apa)
Untuk kesekian kalinya saya menangkap pesan kauniyah Tuhan yang begitu dalam bahwa tak setiap cinta harus terwujud pada pernikahan, (tapi jika tak mau diwujudkan pada pernikahan sebaiknya jangan pacaran.... Hehehhe ) alhamdulillah, sih. Lewat tragedi ini juga saya betul-betul move on dari mantan. Sebelum dipetik batinku mendengar dia bergumam "tuan, sabar, inilah alasan, mengapa aku ditanam"
Jengkelnya lagi.... pas di petik, ternyata keponakanku sudah enggan main bunga, dia ngambek, bunganya di lempar sebelum dilepas beberapa lembar... Ya Allah,,,,, ini bocah mewarisi karakter siapa sih, masak karakter Om-nya? Disodorkan sudah geleng-geleng sambil manyun gitu....
Ya sudahlah, saya coba selamatkan setangkai bunga ini... Saya ambil botol lalu di isi air, daya masukkan tangkainya Alahamdulilla,,,,, seminggu ini masih segar tidak layu sedikitpun, bahkan kuncupnya masih mencoba mekar, walau agak lambat tak seperti bisanya. Disinilah kembali Pesan Tuhan menyentuh batin saya tentang sebuah perjuangan maksimal dengan energi yang seadanya.
mungkin besok, bunga ini sudah mati. Tapi pesan cinta didalamya tetap abadi. Tinggal yang punya, semoga segera bertemu dengan "bunga" yang membuatnya bermakna dalam hidup ini.... Amiin...
Ditulis oleh Saudara Asmawi yang telah di publikasikan di FB Silahkan langsung Ke Sumber ya Facebook #awie