kemarin saya mengisi seminar di salah satu yayasan pendidikan Islam. temanya "membangun karakter pemuda penegak agama pembela bangsa" tema yang sederhana tapi menohok langsung ke poin terpenting dalam kehidupan sebuah peradaban.
disepanjang jalan saya bertanya pada diri sendiri, "berapa orang yang akan ikut miring setelah acara ini?". tapi rupa-rupanya, seminar yang di hadiri lintas generasi itu (MI, MTS, MA dan Umum) pesertanya memiliki 'iman' yang cukup kuat, tak seperti imannya bani serbet, yang dikasih nasi bungkus aja udah memilih menjadi munafiquun dan tak peduli agamanya dinistakan. jadi kegilaan pematerinya tak menular juga ke mereka.
disepanjang jalan saya bertanya pada diri sendiri, "berapa orang yang akan ikut miring setelah acara ini?". tapi rupa-rupanya, seminar yang di hadiri lintas generasi itu (MI, MTS, MA dan Umum) pesertanya memiliki 'iman' yang cukup kuat, tak seperti imannya bani serbet, yang dikasih nasi bungkus aja udah memilih menjadi munafiquun dan tak peduli agamanya dinistakan. jadi kegilaan pematerinya tak menular juga ke mereka.
sepanjang materi berlangsung, saya yakin tak ada yang begitu menarik, sederhana dan terlalu biasa. tapi pas moderator membuka sesi tanya jawab, baru esensi sebuah kajian dimulai.
semua pertanyaan menarik, kalau tidak menarik esensi pertanyaannya yang menarik penanyanya. ups....
tapi dari sekian pertanyaan ada dua pertanyaan yang bagi saya cukup esensial (tentu dengan segala subyektifitas saya).
pertanyaan pertama "apa yang terjadi dengan Indonesia ini kok jadi kritis generasi yang jujur". begitu kira-kira poin pertanyaannya. pertanyaan yang representatif dengan anak muda masa kini, bohong dan PHP berkeliaran sebagaimana cabean dimalam minggu. sehingga banyak perempuan yang menderita diabetes karena keseringan makan janji manis. apa saya lupa minum obat ya? baca juga Ngintip Gerakan Politik Dunia, Dimana Negara Kita Tercinta (Indonesia)?
sementara pertanyaan kedua, "mengapa ilmu-ilmu agama kok tidak semenarik ilmu pengetahuan umum lainnya". sayangnya, pertanyaan terbaik ini telat lahir. pertanyaan yang semestinya hadir pertama. justru datang disaat yang tidak tepat, saat kondisi sudah tidak kondusif, sumuk, gerah dan jenuh. sehingga secara psikologis saya tidak mungkin memaksakan diri menjawab pertanyaan ini dengan panjang lebar. kalau kepanjangan kasian perempuannya kalau kelebaran kasian prianya. *Mikir panjang....
saya menjawab singkat, padat dan tidak jelas. dari beberapa poin yang semestinya saya jawab garis besarnya saja, tidak sedetail perempuan memasang alis palsu.
penanyanya mungkin tak terpikir, bahwa yang tak menarik bukan pelajaran agama saja, tapi pematerinya juga gak menarik, buktinya saat lempar senyum sama peserta yang lumayan, dianya bukan senyum balik tapi malah ngeludah kekiri 3 kali. trasa mimpi buruk kali ya?
ada beberapa hal yang meneyababkan kurang menariknya ilmu agama di indonesia. pertama karena tokoh-tokoh pemikir Islam dibuang dari kancan pemikiran dunia, nama-nama mereka dirubah kebarat-baratan Ibnu Sina menjadi Ave Cenna, Ibnu Rusydi menjadi Ave Rous, dsb. patent mereka diambil dan keistimewaan penemuan mereka dicampakkan di kubangan sejarah. akhirnya Belajar Ilmu agama dipandang kolot tertinggal dan kampungan. baca juga Wanita Seperti apa yang akan kamu nikahi?
kedua, ilmu agama menjadi Mundur karena dikotomi pengetahuan. kalau seandainya dalam sain berisi pesan-pesan moral agama dan kapitalisasi pendidikan tidak terjadi, sangat mungkin pelajaran Ilmu agaman sangat menarik. seandainya setiap pengetahuan dipandang sebagai pengetahuan agama, pasti tak seperti ini ceritanya.
ketiga, ilmu agama menjadi hilang pesonanya karena kalahnya umat Islam dikancah peradaban dunia. entah kenapa, kekalahan selalu identik dengan ketidakmenarikan, kemarin saat saya saingan merebut gebetan sama teman saya kalah, katanya karena saya kurang menarik, akhirnya saya ambil benang saya ikat lehernya, pas mau ditarik, di sambit pakek sandal sama bapaknya.
terlepas dari persoalan itu semua, ada satu hal yang perlu kita catat.
Ilmu agama celana dan SAINS itu sabuknya, belajar SAINs tanpa agama, sabukan gak celana-an
Ditulis oleh Saudara Asmawi yang telah di publikasikan di Silahkan langsung Ke Sumber ya Facebook #awie